Densus 88 Amankan Mahasiswa DO dari IPB, Ini Komentar Ken Setiawan

DL|bandarlampung|28052025|Hukum
--- Detasemen Khusus 88 Antiteror
mengamankan seorang laki-laki berinisial AF berusia 32 tahun di tempat
tinggalnya di daerah Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
AF diduga merupakan simpatisan Jamaah Anshor Daulah
(JAD), organisasi terlarang yang berafiliasi dengan kelompok teroris ISIS. Ia
disebut aktif menyebarkan propaganda radikal melalui media sosial.
Terkait kejadian tersebut, Pendiri Negara Islam Indonesia
(NII) Crisis Center, Ken Setiawan
membenarkan bahwa AF terpapar organisasi yang berafiliasi dengan ISIS sejak lama,
saat AF kuliah di IPB Bogor, sempat Drop
Out dari kampus.
Padahal AF ini berasal dari lingkungan keluarga besar
Jendral dan Pamen Polisi, tapi tetap menjadi sasaran perekrutan juga.
Ken menyebut walaupun berada di lingkungan keluarga besar
kepolisian ternyata tidak menjamin seseorang tidak terpapar paham radikal.
“Bahkan dulu Sofyan Tsauri anggota polisi yang telah
mengabdi selama 13 tahun, Ayah dan kakaknya juga merupakan anggota Polri
ternyata masih bisa terpapar terorisme.” Jelas Ken dalam keteranganya, Selasa 27
Mei 2025.
Sebelumnya, seorang Polwan yaitu Bripda Nesti Ode Sami
juga diamankan tim Densus 88 karena terpapar radikalisme dan berafiliasi dengan
kelompok teroris JAD.
“Virus radikalisme dan terorisme ini seperti covid yang
bisa menimpa siapa saja, tidak pandang sisi usia pendidikan dan profesi.” Ujarnya.
Ken mengaku sempat menangani AF saat awal awal terpapar
jaringan organisasi ISIS tersebut, bahkan dulu kedua orang tuanya pernah di
tendang dan di injak injak saat sholat karena tidak menuruti keinginan AF,
orang tuanya sempat mengungsi karena kerap mendapatkan kekerasan fisik dan
ancaman pembunuhan.
“AF dulu sempat membuat surat wasiat dan berniat akan
berangkat keluar negeri berjuang bersama jaringannya untuk menegakan daulah
Islam, tembok rumahnya juga pernah di cat dan ditulis kalimat tauhid La ila
hailallah.” tambah Ken Setiawan.
Karena perlakuan dan tingkah laku AF semakin memburuk,
akhirnya keluarga menghubungi Hotline NII Crisis center melalui Kepala
Kesbangpol Purworejo agar membantu menangani AF agar kembali normal.
“Karena nyaris tak ada yang bisa berkomunikasi dengan AF
pada saat itu, anaknya emosian, jika uangnya habis dan tidak di ijinkan
berangkat keluar negeri pasti minta ke orang tua sambil marah marah dan mengamuk.”
Ungkapnya.
Setelah ditangani oleh Ken Setiawan, sikap AF mulai
berubah lunak, mau berkomunikasi dan minta maaf dengan keluarganya jika apa
yang dilakukannya salah.
Supaya ada aktivitas kegiatan dan tidak menyendiri lagi,
AF dibawa keluarga ke sumatra ikut bekerja beserta paman supaya ada kesibukan
baru.
Namun ternyata pemahaman radikalnya setelah beberapa
tahun kambuh lagi dan akhirnya terdengar kabar telah ditangkap oleh tim Densus
88.
Atas kejadian itu, Ken Setiawan mengajak masyarakat untuk
waspada, peduli dengan mengawasi jika ada indikasi yang mencurigakan di
lingkungan sekitar.
Ia meminta agar segera melapor kepada pihak berwenang
untuk mencegah aksi teror yang dapat merusak keamanan dan ketenteraman
masyarakat.
"Masyarakat untuk tetap waspada, mengingat beberapa
hari terakhir ini, tim Densus 88 inten mengamankan sejumlah pemuda yang
berafiliasi dengan jaringan teroris yang berperan dalam penyebaran ideologi
ekstrem baik langsung maupun melalui media sosial," katanya.
Menurutnya sosialisasi bahaya radikalisme dan terorisme
sangat minim, apalagi setelah adanya efisiensi. Padahal ini penting banget, dan
ini fakta terjadi di depan mata, banyak masyarakat khususnya anak muda terpapar
radikalisme hingga terlibat jaringan terorisme. (Kst)
Comments